Wednesday, July 4, 2007

KOMUNIKASI TOTAL

Seringkali dalam keseharian kita melakukan interaksi dengan orang lain, apakah saudara, ibu, bapak, teman bahkan dengan orang yang tidak kenal sekalipun. Pernahkah terlintas dalam pikiran kita bahwa dengan berinteraksi kita dapat menyampaikan apa yang kita inginkan dan kita dapat mengerti apa yang orang lain inginkan.


Media interaksi disini bisa berbagai macam sesuai dengan apa yang Allah berikan pada diri kita baik itu mulut, tangan, kaki, tulisan bahkan gerakan tubuh.

Hal sederhana yang dialami adalah saya meminta kepada anak saya yang baru berumur 4 tahun untuk membelikan Es Juice, sambil menguji apakah komunikasi saya berhasil atau tidak terhadap dia dan saya katakan :

“Tolong belikan ayah juice alpokat satu dibungkus, sirsak satu bungkus dan satunya lagi terserah abit mau beli apa .. tapi buat abit jangan pake es ya !”.

Saya lihat reaksi dia pertama kali terhadap permintaan tadi dan dia berkata : “ Yah .. ulangi lagi …” dan saya pun mengulanginya kembali sampai tiga kali. Dari kejauhan saya lihat dia berjalan pergi sambil mengulang-ngulang apa yang saya katakan tadi.

Pelajaran pertama yang bisa kita ambil adalah Allah menciptakan metode tersendiri terhadap anak yang baru berumur 4 tahun untuk mengingat sesuatu dengan mengulang-ulang apa yang harus dia lakukan nanti dengan melakukan komunikasi antara mulut yang mengeluarkan suara, pendengaran yang mendengar apa yang dia katakan dan otak yang merekam apa yang dia dengar. Subhanallah …

Kebetulan jarak antara rumah dengan warung juice sekitar 50 meter jadi baru 30 menit kemudian dia baru datang lagi dengan berlari-lari membawa tiga bungkus plastik.

“Nih yah … pokat atu, circak atu dan abit the sisri aja …. Punya abit ngak dingin kok !” , saya lihat apa yang dia bawa ternyata benar sesuai apa yang saya inginkan.

Pelajaran kedua yang bisa kita ambil adalah .. Coba perhatikan apa yang dia katakan “…pokat atu, circak atu …”. Anak yang baru berumur 4 tahun tentu akan sulit untuk merekam secara persis apa yang kita katakan panjang lebar jadi dia berusaha untuk menyederhanakan kalimatnya “…pokat atu, circak atu …” sehingga dia mengerti apa yang kita inginkan.

Sore harinya sengaja saya pergi ke warung yang tadi dia beli dan bertanya pada penjualnya.

“Abit tadi beli juice gimana caranya ?”

“Tadi dia datang sambil ngomong sendiri lalu saya tanya, Mau beli apa abit? Kayaknya dia bingung atau lupa … terus dia mendekati buah-buahan yang ada di etalase sambil nunjuk alpokat dan sirsak “Itu satu … dan yang itu satu … terus teh sisri satu tapi jangan dingin ya …” kata dia sambil tersenyum.

Pelajaran ketiga yang bisa kita ambil adalah manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk menyampaikan apa yang kita inginkan, walaupun anak saya tadi kelupaan apa yang harus dia katakan tapi secara reflek dia tidak mau menyerah begitu saja dan menggunakan tangannya untuk menyampaikan pesan bahwa dia memesan juice alpokat dan sirsak karena pesan itu sudah terekam dalam otaknya … Subhanallah

Banyak sekali dari kita yang oleh Allah diberi media komunikasi yang lengkap tapi tidak memaksimalkannya sehingga apa yang terjadi ? terjadilah yang namanya kesalahpahaman. Kata ini sederhana bahkan sering kita abaikan tapi efeknya sangat luar biasa … Suami dan Istri bisa bercerai, Anak-anak berkelahi bahkan tawuran dan yang lebih besar lagi mungkin mengakibatkan dua negara menjadi berperang. Nah .. sebetulnya apa yang bisa kita maksimalkan dalam berkomunikasi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman. Mungkin tips dibawah ini membantu

  1. Kita tidak terbiasa untuk membuat konsep atau lebih sederhananya memikirkan terlebih dahulu apa yang harus kita katakan pada orang lain sehingga kadang-kadang pembicaraan menjadi tidak fokus dan melantur kemana-mana. Efeknya orang lain menjadi bingung apa yang kita inginkan. Coba perhatikan dengan membaca hadist-hadist Rasulullah bagaimana beliau menyampaikan risalahnya dengan begitu terstruktur dari awal sampai akhir tanpa ada kesalahan sedikitpun .. luar biasa hal tersebut terjadi bukan karena kebetulan semata tapi karena latihan-latihan yang Allah berikan semenjak beliau kecil.
  2. Biasakanlah untuk melihat terlebih dahulu kemampuan orang yang kita ajak bicara, bukan berarti kita meremehkan dia tapi hanya mencocokan kira-kira bahasa seperti apa yang bisa kita sampaikan agar dia bisa mengerti apa yang kita inginkan. Perhatian bagaimana sikap Rasulullah terhadap seorang badui yang kencing didalam mesjid, sahabat beliau begitu marahnya sampai-sampai mau memukuli dia tapi Rasululllah hanya berkata “Biarkan dia untuk menyelesaikan hajatnya dan menyuruhnya untuk menyiram (membersihkan) air seninya kemudian baru menasehatinya”. Rasulullah ternyata sangat jeli melihat orang lain, beliau tidak marah karena tahu bahwa orang tersebut melakukan itu karena ketidaktahuan dia.
  3. Biasakanlah untuk berbicara dengan bahasa yang sederhana, ringkas dan padat sehingga orang yang kita ajak bicara tidak perlu mengerutkan dahinya untuk mengerti apa yang kita bicarakan.
  4. Biasakanlah untuk tidak menyela ketika orang lain berbicara, dengarkan apa yang orang lain katakan, simak baik-baik jangan sampai ada satu kata pun yang tidak kita mengerti, kalau dia sudah selesai berbicara barulah kita komentari apa yang dia inginkan.
  5. Kalau kita berbicara dengan orang lain tapi ternyata orang yang kita ajak berbicara masih belum mengerti cobalah untuk menerangkannya dengan metode lain, apakah dengan tulisan atau bila mungkin dengan menggambarkan sesuatu. Biasanya hal ini sedikit banyak sangat menolong orang lain untuk memahami apa yang kita pikirkan.
  6. Dan yang terakhir adalah bahasa tubuh kita terhadap lawan bicara kita. Kadang-kadang tanpa kita sadari gerak kepala, tangan, kaki dan seluruh tubuh tidak mencirikan bahwa kita berbicara dengan dia. Bayangkan saja, kita ingin menasehati anak kita tapi mata melotot, tangan dipinggang dan nada suara kita tinggi tentunya anak secara naluri melihat bahwa apa yang kita ucapkan merupakan ancaman yang harus disangkal dan akhirnya terjadilah keributan. Coba kita perhatikan bagaimana Rasulullah berbicara kepada salah seorang sahabatnya yang notabene orang kampung yang miskin, beliau mendekati dia seakan-akan hanya dia yang orang paling penting baginya, kepalanya tertunduk sambil menyimak apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya, Subhanallah ..

Demikian tips ini terurai apa adanya, tulisan ini memang jauh dari sempurna tapi ketika saya baca hadist-hadits Rasulullah kemudian mencoba untuk mengaplikasikannya … Luar Biasa ALLAH memang Maha Besar.

JoMulyo


Thursday, May 24, 2007

Langkah Jitu Menyelesaikan Masalah

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah [2]: 216)
Tidak ada yang paling dekat dengan kehidupan kita selain masalah. Di mana pun kita berada, ke mana pun kita pergi, dan kapan pun kita bergerak, masalah akan selalu mendampingi kita.
Apa yang dimaksud dengan masalah? Sederhananya, masalah adalah ketidaksesuaian antara apa yang kita harapkan dengan kenyataan. Kita menginginkan A, tapi kenyataan menunjukkan B, itu adalah masalah. Kita menginginkan banyak uang, tapi kenyataannya kita tidak punya uang, itu juga masalah. Pokoknya, semua hal yang tidak sesuai dengan keinginan diri adalah masalah.
Karena itu, persoalannya bukan pada masalah; persoalannya terletak pada cara kita memandang masalah. Apakah kita memandang masalah sebagai beban atau sebagai sarana meningkatkan kualitas diri, itulah yang harus menjadi perhatian. Maka, jangan takut menghadapi masalah, tapi takutlah bila kita salah menyikapinya.
Saudaraku, suatu pekerjaan akan bisa maksimal kalau kita melakukannya sesuai prosedur. Umumnya, setiap aktivitas mempunyai prosedurnya masing-masing. Misalnya shalat. Rukun Islam yang kedua ini memiliki prosedur pengerjaan. Diawali dengan wudhu, kemudian melakukan shalat dengan gerakan yang telah ditentukan secara berurutan (tuma'ninah). Tanpa menjalani prosedur ini secara berurutan, tidak mungkin shalat kita akan diterima. Segalanya harus sesuai prosedur.
Demikian pula dengan menyelesaikan masalah. Ada prosedur-prosedur khusus yang harus dilewati agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga prosedur yang dapat kita lakukan agar masalah bisa mendatangkan kebaikan, yaitu:

1. Persiapan
Persiapan erat kaitannya dengan mental. Langkah awalnya adalah menyadari bahwa kita punya masalah. Tanpa adanya kesadaran, mustahil kita bisa memperbaiki diri. Setelah itu, cobalah untuk menghimpun input (informasi) dari orang lain tentang masalah tersebut. Semakin banyak input, insya Allah akan semakin baik. Langkah ketiga adalah memetakan masalah yang didasarkan pada input tersebut. Cari, hal-hal apa saja yang menjadi sumber masalah.
Misal, kita merasa bahwa kita kurang berilmu; kurang wawasan (langkah pertama). Setelah sadar kita kurang wawasan, bertanyalah pada orang-orang yang sering berinteraksi dengan kita, misal suami/istri, teman, tetangga, dan lainnya. Apa benar kita seperti itu? Bagaimana pandangan mereka terhadap kita? Kekurangan kita itu di bidang apa? Apakah kita malas belajar? dan sebagainya (langkah kedua). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, segeralah kita petakan masalah: Apa yang menyebabkan kita kurang wawasan? Mungkin kita malas belajar, salah memilih pergaulan, tidak punya biaya untuk pengembangan diri, dan lainnya (langkah ketiga).

2. Solusi
Bila tahap persiapan sudah kita lalui, segera kita bertanya tentang solusi. Langkah pertama adalah menghimpun solusi. Tanyalah orang tentang solusi yang paling memungkinkan: "Bagaimana cara agar kita menjadi orang berilmu". Himpun solusi sebanyak mungkin. Bertanyalah pada orang-orang yang dapat dipercaya. Setelah itu petakan solusi. Cara seperti apa yang mungkin kita lakukan. Apakah kita harus masuk pesantren, ikut pengajian, membaca buku, dan lainnya. Langkah ketiga, buatlah rencana aksi yang tertulis dan terukur. Misal, dalam seminggu berapa buku yang harus dibaca atau pengajian mana yang harus kita datangi. Rencana aksi tersebut harus jelas, spesifik, terukur, dan tidak mengawang-awang.

3. Pelaksanaan
Setelah mental kita siap dan solusi pun sudah ada, segeralah bertindak. Jangan ditunda-tunda. Yang tak kalah penting, apa yang kita lakukan harus terus dikontrol dan dievaluasi.
Lima 'Jangan' Dalam Hadapi Masalah
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap urusannya dan diberi pertolongan dari tempat yang tak terduga, danbarangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya akan diucukupi segala kebutuhannya (QS Ath-Thalaq: 2-3)
Fitnah, musibah, kekurangan harta, penyakit, penghinaan, adalah sebagian masalah yang akan selalu menghampiri kita. Ke mana pun kita pergi dan di mana pun kita berada, ia akan selalu turut serta. Masalahnya, bagaimana sikap kita terhadap masalah tersebut? Inilah yang akan menentukan sukses tidaknya hidup kita; bahagia atau nestapanya perasaan kita. Kenyataan pun memperlihatkan, ada yang hancur oleh masalah; namun tak sedikit yang melejit menjadi manusia terhormat, berkah dari masalah yang menimpa. Karena itu, kita harus memiliki pemahaman bahwa masalah yang menimpa bukan sebagai beban apalagi bencana, namun anggaplah sebagai karunia untuk meningkatkan ilmu, amal, wawasan, ganjaran, dan kemuliaan di sisi Allah.
Bukankah selama bertahun-tahun sekolah, kita harus menghadapi berbagai macam ujian hingga akhirnya kita lulus dan dihormati sebagai orang berpendidikan? Kuncinya, bila ingin mendapatkan nilai terbaik, kita harus mempersiapkan diri dengan belajar dan berlatih terus menerus. Setelah itu hadapi ujian dengan niat dan cara terbaik agar lulus dengan nilai terbaik. Nah, ketika dihadapkan pada sebuah masalah, sikap seperti apa yang harus kita ambil? Kuncinya adalah 5 "Jangan" yang akan membantu mengatasinya:

1. Jangan panik
Saat tertimpa suatu masalah, langkah pertama yang harus kita ambil adalah jangan panik. Kepanikan hanya akan menambah masalah daripada menyelesaikan masalah. Maka latih diri dan keluarga untuk tenang dan tidak panik menghadapi situasi segawat apapun.

2. Jangan emosional
Jangan terpancing untuk marah dan bertindak emosional ketika kita dihadapkan pada suatu masalah. Marah hanya akan memuaskan nafsu, sedangkan nafsu yang tidak terkendali bukan jalan meraih kebenaran dan kemuliaan hidup. Bukan tidak boleh kita bertindak, yang tidak tidak boleh adalah bertindak secara emosional.

3. Jangan tergesa-gesa
Tergesa-gesa itu berasal dari setan. Tindakan tergesa-gesa hanya akan menuai penyesalan. Maka kendalikan diri, jangan ingin cepat-cepat menyelesaikan suatu aktivitas tanpa perhitungan matang. Saat kita dihadapkan pada masalah yang rumit, segera petakan masalah tersebut, kumpulkan informasi secara BAL (benar, akurat, dan lengkap). Setelah informasi terkumpul baru kita membuat keputusan dan segera bertindak.

4. Jangan larut mendramatisasi
Sebagian penderitaan yang dialami adalah hasil dramatisasi pikiran kita sendiri. Akibatnya persoalan jadi tampak gawat, darurat, dan mencekam. Padahal boleh jadi setelah dijalani, masalah tersebut tidak segawat dan semencekam yang diperkirakan.

5. Jangan putus asa
Masalah akan membuat kita terpuruk dan menjadi hina, bila kita putus asa menghadapinya. Putus asa terlarang bagi seorang Muslim. Putus asa lahir dari lemahnya ilmu dan keyakinan pada Allah SWT. Ingatlah, bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Dalam QS Al-Insyirah ayat 5-6 diungkapkan bahwa satu kesulitan selalu diapit oleh dua kemudahan. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan .
Saudaraku, sekali lagi, kita tidak mungkin lepas dari masalah. Maka, amalkan prinsip "LIMA JANGAN" saat masalah menimpa. Lalu terima dan hadapi masalah ersebut dengan lapang dada, setelah itu jalani sebagai sebuah proses pembelajaran, kemudian hayati ikmah di balik masalah itu, hingga akhirnya kita bisa menikmatinya sebagai karunia dari Allah SWT.


Kutipan Tausiyah : KH Abdullah Gymnastiar

Berlapang Dada Menghadapi Kritikan

Presepsi kita terhadap kritik akan lebih baik bila kita menanamkan di dalam hati bahwa kritik itu penting. Sahabat, apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar orang berkata, "Saya ingin mengkritik Anda!". Biasanya, jika seseorang mendapat perlakukan seperti itu, ia akan bereaksi negatif. Seakan-akan kehormatan dan harga dirinya sedang terancam. Ia menganggap kritik sebagai penghinaan yang akan menurunkan harga diri dan mencemarkan nama baiknya.
Maka, wajar jika reaksi yang muncul -- entah itu berupa pikiran, perasaan, maupun sikap tubuh -- adalah pembelaan diri. Sulit baginya untuk menerima semua kritikan, apalagi menikmatinya. Akan tetapi, responsnya akan berbeda jika kita mendengar perkataan, "Saya akan memberi kamu kripik". Spontan, kita akan senang menerimanya. Wajah menjadi cerah. Riang rasanya perasaan karena membayangkan akan diberi kripik yang lezat.
Di sinilah perbedaan kata 'kritik' dan 'kripik'. Tetapi, yang terpenting bukan itu. Hal terpenting adalah mengapa kita sampai memunculkan sikap berbeda ketika mendengar dua kata itu? Untuk yang pertama, kita cenderung sungkan menerimanya. Sementara untuk yang kedua, kita malah sering mencarinya. Sebenarnya, masalah kritik dan kripik bisa sama kalau persepsi kita tentang kritik itu kita benahi; bila kata-kata kritik menjadi bagian keseharian yang kita nikmati. Lebih dari itu, kita juga butuh ilmunya sehingga kritik ini menjadi sesuatu yang berarti dan layak kita akrabi.
Dalam menerima kritik, kita memerlukan beberapa trik, sehingga kita bisa menerima kritik tersebut sebagai sarana membangun kemuliaan. Bagaimana caranya?
Pertama, Rindukanlah kritik dan nasihat tersebut. Selayaknya, kita bisa memposisikan diri menjadi orang yang rindu dikoreksi, dan rindu dinasihati. Seperti rindunya kita melihat cermin agar penampilan kita selalu bagus. Persepsi kita terhadap kritik akan lebih baik bila kita menanamkan di dalam hati bahwa kritik itu penting. Kritik adalah kunci kesuksesan dan kemajuan, kritik akan membuka prestasi, derajat, dan kedudukan yang lebih baik.
Kedua, Cari dan bertanyalah. Belajarlah bertanya kepada orang lain dan nikmati saran-saran yang mereka lontarkan. Milikilah teman yang mau dengan jujur untuk saling mengoreksi. Tanyalah kekurangan diri pada orang-orang yang dekat dengan kita. Percayalah, semua itu tidak akan mengurangi kemuliaan.
Ketiga, Nikmati kritik. Persiapkan diri untuk menerima kenyataan bahwa koreksi itu tidak selalu harus sesuai dengan keinginan kita. Ada kalanya isinya benar, namun caranya salah. Tidak ada yang rugi dengan dikoreksi. Jadi, kalau ada yang mengkritik, usahakan untuk tidak berkomentar. Jangan memotong pembicaraan. Apalagi membantahnya. Belajarlah untuk diam dan menjadi pendengar yang baik.
Keempat, Syukurilah. Jangan melempar komentar apapun kecuali ucapan terimakasih yang tulus kepada si pemberi kritik. Tampakkanlah raut muka yang sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Sertakan namanya dalam doa-doa kita, terutama bila kita ingat akan kebaikan-kebaikan yang pernah ia berikan.
Kelima, Evaluasi diri. Jujurlah kepada diri sendiri ketika menerima kritik. Jangan sibuk menyalahkan pengkritik, atau mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain.
Keenam, Perbaiki diri. Buatlah program perbaikan dengan sungguh-sungguh. Jadikan program tersebut sebagai ungkapan rasa syukur terhadap kritik yang datang. Mintalah kepada Allah, sebab perubahan hanya terjadi dengan izin dan kekuasaan Dia. Ketujuh, balas budi. Jangan lupa untuk mengirimkan tanda terima kasih. Bisa berupa barang berharga, makanan, sepucuk surat, atau-minimal-informasi kepada yang mengkritik bahwa kita berterima kasih atas kebaikannya. Selamat menikmati kritik.
Wallahu a'lam bish-Tausiyah

Disadur dari ceramah Aa Gym

Tiga Macam Kawan

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari yang namanya kawan, “Kawan“ suatu istilah yang kerap kita dengar, suatu panggilan akrab yang lebih condong pada pengertian persahabatan dalam suatu pergaulan.
Begitu banyaknya karakter yang bisa dijumpai dalam pergaulan sehingga kita tertipu oleh perilaku “kawan” kita yang seakan-akan menjadi sahabat akan tetapi pada kenyaannya malah menusuk kita dari belakang. Sehingga dalam Al-Qur’an Allah menyatakan :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi kawan kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh kami telah terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” (QS. Al_Imron : 118 )

Hal penting yang dapat kita pahami dari seorang kawan adalah :

1. Kawan yang selalu menerima kebaikan Anda, sedangkan dia tidak pernah memberi Anda kebaikan;
Suatu hal yang bodoh apabila anda berkawan dengan tipe manusia seperti diatas, “kawan” kita ini hanya selalu meminta dan meminta tapi pada saat kita membutuhkan bantuan dia tidak pernah sedikitpun dalam hatinya tergerak untuk menolong kita. Sebaiknya kita jauhi tipe “kawan” seperti ini.

2. Kawan yang selalu berhitung, yaitu dia akan berbuat baik kepada Anda sesuai dengan kebaikan Anda kepadanya;
Tipe kawan yang kedua ini sedikit lebih normal dari yang pertama sebab bagaimanapun juga seorang manusia pasti menginginkan ”You take and I give” artinya apa yang dia keluarkan harus sama dengan yang nanti akan diterimanya bila perlu harus lebih. Tapi ini menunjukan seorang “kawan” yang EGOIS, dengan tipe “kawan” seperti ini anda akan terjebak dalam saling perhitungan sehingga lupa akan pahala yang akan diberikan Allah.

3. Kawan yang senang berhubungan dengan Anda tanpa pamrih.
Inilah “kawan” sesungguhnya yang kita perlukan, bagaimanapun keadaannya kawan yang satu ini akan selalu berusaha berada didekat kita untuk mencoba menolong baik materi maupun spirit. Akan tetapi sangat jarang sekali seorang “kawan” yang seperti ini, malah kadang-kadang kita memanfaatkan “kawan” kita yang baik ini untuk kepentingan kita sendiri. A’udzubillah …
Pada bagian akhir pembahasan tentang “KAWAN” adalah beberapa tipe “Kawan” diatas memang penting akan tetapi hal yang paling penting adalah “Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi “Kawan” yang senang berhubungan dengan tanpa pamrih” pada kawan-kawan kita”

JOMulyo

Wednesday, May 23, 2007

Tawakal

Dalam keseharian seringkali apabila seseorang mendapatkan suatu musibah ataupun sesuatu yang “memerihkan” hati banyak yang mengatakan “Anda harus “TAWAKAL“ Ya .... “, sebenarnya apakah sih “TAWAKAL” itu sehingga kata tersebut sering dikatakan untuk menyabarkan seseorang bahkan cenderung mempasrahkan segala keadaaan tanpa adanya suatu usaha ...
Mari kita simak pendapat dari Ustadz Aam Amirudin dalam buku yang sangat sederhana namun penuh dengan makna dan mungkin ini dapat dijadikan sebagai referensi yaitu “Tafsir Al-Qur’an Kontemporer”Juz’amma Jilid 1” yang diterbitkan oleh Khazanah Intelektual.
Landasan yang digunakan untuk mendefinisikan “TAWAKAL“ diambil dari penafsiran Ustadz Aam Amirudin dalam QS. An-Nash ayat 1, yaitu :

“ Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.”

Pada ayat ini Allah menyebutkan kata nashr (pertolongan) sebelum kata fath (kemenangan). Ini merupakan peringatakn penting agar kita tidak takabur saat meraih kesuksesan karena pada dasarnya manusia cenderung menepuk dada ketika kesuksesan demi kesuksesan dapat diraih. Kita sering beranggapan bahwa kemenangan itu murni karena kehebatan dan kerja keras. Padahal sehebat apapun diri kita kalau tanpa pertolongan Allah hasilnya pasti nihil.
Pernyataan tersebut tidak bermaksud menafikan kerja keras. Kerja keras dan kerja cerdas merupakan komponen penting dalam meraih kesuksesan atau kemenangan. Yang ingin ditekankan yaitu perlu adanya kesadaran bahwa setiap kemenangan atau kesuksesan, apakah itu kesuksesan studi, bisnis, karir atau lainnya pasti didalamnya ada pertolongan Allah.
Islam mengajarkan kita untuk menyertakan “TAWAKAL PRINCIPLES“ (prinsip-prinsip tawakal) dalam proses pencapaian suatu cita-cita. Suatu aktivitas dan kreativitas bisa dikategorikan menggunakan “TAWAKAL“ principles apabila mengandung 4 (empat) unsur, yaitu :

1. Mujahadah
Mujahadah diambil dari kata Jahada, artinya sungguh-sungguh. Allah memerintahkan agar kita bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, jangan asal-asalan. Kalau kita jadi pelajar belajarlah sungguh-sungguh dan selesaikan tepat waktu. Mujahadah selain bermakna sungguh-sungguh juga bermakna sistematis. Suatu pekerjaan hasilnya akan menggembirakan apabila dilakukan dengan kesungguhan dan sistematis, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Asy-Syarh 94 : 7-8)

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,”

“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

2. Do’a
Allah swt memiliki kekuasaan yang tiada terhingga sedangkan kita memiliki banyak kelemahan. Karena itu walaupun sudah melakukan Mujahadah kita harus memohon kekuatan dari Allah swt agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Allah swt mencitai hamba-Nya yang selalu berdo’a memohon pertolongan-Nya. Apabila kita sering mengingat-Nya dalam segala aktivitas, Allah pun akan menolong kita. Kalau kita melupakan-Nya, Dia pun akan melupakan kita,

“ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.” (QS.Al-Baqarah 1 : 152)

3. Syukur
Apabila Mujahadah dan Do’a menyertai seluruh aktivitas dan kreativitas kita, insya Allah kesuksesan yang kita raih akan mengantarkan pada rasa syukur. Prinsip ini perlu kita pegang karena kesuksesan sering mengantarkan manusia pada keangkuhan, padahal angkuh adalah sifat yang paling dimurkai Allah. Apabila kita pandai bersyukur Allah akan semakin menambah nikmat-Nya

“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim 14 : 7)

4. Sabar
Sabar artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan. Mungkin saja kita telah bekerja keras, sistematis, dan disertai do’a namun sangat mungkin hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Nah, sabar adalah obatnya. Sabar bukan diam dan meratapi kegagalan tetapi sabar adalah intropeksi dan bekerja lebih baik lagi agar kegagalan tidak terulang kembali

“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. ” (QS. Al-Imran 3 : 200)

Inilah prinsip-prinsip “TAWAKAL“ yang harus melandasi seluruh aktivitas dan kreativitas kita. Apabila hal ini dilakukan kita akan sadar bahwa kemenangan, kesuksesan dan kebehasilan tidak akan bisa diraih tanpa pertolongan-Nya.


Mulyo ...